Menu

Mode Gelap
 

OPINI

KOHATI: Suara Perempuan, Suara Perubahan – Membongkar Batas, Menggerakkan Kesetaraan

badge-check


					KOHATI: Suara Perempuan, Suara Perubahan – Membongkar Batas, Menggerakkan Kesetaraan Perbesar

telisik.co.id/ –

Isu gender bukan lagi milik ruang seminar tertutup atau segelintir aktivis. Kini ia menjadi perhatian global—soal keadilan, kesetaraan hak, dan peran manusia dalam membangun peradaban yang lebih maju. Namun di tengah masyarakat yang masih patriarkis, suara perempuan kerap terpinggirkan. Bukan karena mereka tak mampu bersuara, tapi karena sistem yang belum sepenuhnya berpihak.

Di sinilah pentingnya peran Korps HMI-Wati (KOHATI). Organisasi perempuan semi otonom dari HMI ini hadir bukan hanya sebagai pelengkap struktur, melainkan sebagai garda depan yang menyiapkan muslimah berkualitas: insan akademis, pencipta, pengabdi, dan bertanggung jawab.

Kohati tak hanya mendidik anggotanya pada aspek keilmuan agama, tetapi juga membekali mereka dengan kepemimpinan, advokasi, dan kepedulian sosial. Penanaman nilai-nilai Islam menjadi dasar untuk membangun kader yang peka terhadap persoalan sosial, termasuk ketidaksetaraan gender yang masih mengakar.

Kesetaraan gender bukan tentang menyeragamkan peran laki-laki dan perempuan, tetapi memastikan setiap orang mendapat hak dan kesempatan yang adil tanpa diskriminasi. Dalam konteks ini, Kohati memiliki peran strategis sebagai pelopor perubahan cara pandang—baik di internal organisasi maupun di masyarakat luas.

Namun memahami teori saja tak cukup. HMI-Wati dituntut menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan lain yang relevan agar siap menghadapi tantangan sosial. Kohati harus melahirkan kader yang cerdas, kritis, mandiri dalam berpikir, dan berani mengambil keputusan—terutama yang berkaitan dengan isu-isu keadilan gender. Semua langkah itu harus berlandaskan nilai-nilai Islam yang membebaskan, ilmu pengetahuan yang rasional, dan prinsip kemanusiaan.

Dengan kapasitas semacam itu, Kohati tak boleh hanya menjadi simbol keperempuanan di HMI. Ia harus jadi kekuatan aktif yang benar-benar mendorong perubahan sosial. Kohati berkomitmen meningkatkan kesadaran gender, memperkuat posisi perempuan, dan memastikan hak serta peluang yang sama bagi semua. Ini bukan sekadar slogan—tetapi diwujudkan melalui proses kaderisasi yang membumi. Kohati adalah sekolah kehidupan, tempat perempuan belajar mengenal diri, memahami masyarakat, dan merespons isu-isu di sekitarnya.

Kohati juga punya misi penting: membongkar mitos dan stigma yang selama ini membatasi perempuan. Ia mendorong kader HMI-Wati memahami hak-hak dasar perempuan, bersuara lantang, dan memperjuangkan hak-hak itu lewat diskusi, forum, pelatihan, aksi sosial, hingga kerja sama dengan pihak luar.

Tentu, perjuangan ini tidak bisa berjalan sendiri. Kohati perlu melibatkan HMI-Wan sebagai sekutu dalam gerakan yang lebih luas. Melalui diskusi terbuka dan pendidikan gender, Kohati membangun kesadaran bahwa isu gender bukanlah konflik antara perempuan dan laki-laki. Ini adalah perjuangan bersama untuk menciptakan keadilan. Laki-laki diajak bukan sebagai penonton, tapi sebagai bagian dari solusi.

Dengan terus menggelorakan semangat kesetaraan gender, Kohati membantu mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan makmur—sejalan dengan visi besar HMI. Kohati tak boleh berhenti menjadi ruang kaderisasi semata, tapi harus menjadi ruang perjuangan. Karena suara perempuan adalah suara perubahan—dan perubahan sejati tak lahir dari mereka yang diam, melainkan dari mereka yang berani bersuara dan bertindak.

Kini pilihan ada di tangan kita para kader: mau diam atau ikut bersuara.

Penulis adalah Kabid Eksternal Kohati Saintek UINSU 2024–2025.

Facebook Comments Box

Lainnya

Opini: Negeri Kelayau, Raja yang Taat, dan Panglima Botak yang Rakus

24 September 2025 - 07:58 WIB

Ingat: BUMD Adalah Aset Rakyat, Bukan Tempat Istirahat Para Loyalis Politik

24 Juli 2025 - 19:26 WIB

Perempuan, Kapitalisme, dan Jerat Estetika Palsu

17 Juli 2025 - 06:39 WIB

Editorial Yong Ganas :  “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

11 Juli 2025 - 15:09 WIB

“Raja Kejab Boh: Kekuasaan yang Dibayar Mahal”

21 Juni 2025 - 07:09 WIB

Hits di OPINI