Oleh: SigondrongDalamDiam – Pemerhati, Pelaku dan Penggiat Seni di Kabupaten Labuhanbatu
Langkat – telisik.co.id/
Pernyataan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, soal Sumut sebagai jawara pengguna narkoba se-Indonesia bukan sekadar alarm bahaya, tapi tamparan keras bagi seluruh pihak.
Dalam acara pisah sambut di kantor Gubernur yang dihadiri Forkopimda, Bobby menyebut fakta mencengangkan: Sumut bukan lagi sekadar zona merah, tapi ibu kotanya narkoba di Indonesia.
Dampak dari dominasi narkoba ini merembet ke mana-mana.
Dari hilangnya masa depan generasi muda hingga mengancam ketenteraman warga, karena dari narkobalah lahir para “rayap besi” – istilah lokal untuk para pecandu sabu yang nekat mencuri besi, kabel, bahkan pagar tetangga untuk sekadar membeli satu tarikan.
Ironisnya, rayap besi ini bukan hanya fenomena Medan. Kabupaten Labuhanbatu, salah satu wilayah pecahan dari Labuhanbatu induk, tak kalah memprihatinkan.
Nama-nama seperti Man Batak dan DK, bandar besar yang akhirnya ditangkap, hanyalah puncak dari gunung es.
Sementara, penghuni Lapas justru lebih banyak didominasi si rayap besi ketimbang para bandar.
Data tak bisa bohong. Sebagian besar napi narkoba bukan pemain besar, melainkan korban sistem: pencuri kecil yang dihukum, pengguna yang tak sanggup rehabilitasi, dan pecandu kambuhan yang keluar-masuk penjara seperti rutinitas. Setelah bebas? Balik lagi. Satu alasan: tak ada yang berubah.
Pertanyaannya: apa fungsi Lapas jika para napi justru langganan balik lagi dengan kasus serupa? Lapas, dalam idealnya, bukan hanya penjara, tapi tempat pembinaan — fisik, mental, spiritual.
Tapi di banyak kasus, Lapas hanyalah tempat transit: datang, dihukum, keluar, pakai lagi, mencuri lagi, masuk lagi.
Mirisnya, narapidana korupsi jarang sekali kembali ke Lapas. Bukan karena mereka dibina dengan baik, tapi karena mereka sudah "kenyang" atau cerdik menghindar.
Sementara pecandu, pencuri, dan rayap besi? Justru makin akrab dengan jeruji.
Sampai kapan sistem ini dibiarkan? Apakah Lapas akan terus jadi terminal perputaran narapidana narkoba tanpa akhir? Apakah Sumut akan terus jadi pusat narkoba nasional?
Atau kita semua hanya menunggu giliran lingkungan kita menjadi sarang rayap besi berikutnya?
Negara harus turun tangan. Bukan hanya dengan pidato, tapi aksi nyata — dari pencegahan, rehabilitasi, hingga reformasi sistem pemasyarakatan.
Bila tidak, Sumut bukan hanya jadi provinsi narkoba, tapi kuburan massal masa depan bangsanya.