Menu

Mode Gelap
 

OPINI

“Sampahmu Cerminan Dirimu: Saatnya Mengakhiri Budaya Nyampah Sembarangan”

badge-check


					“Sampahmu Cerminan Dirimu: Saatnya Mengakhiri Budaya Nyampah Sembarangan” Perbesar

Rantau Prapat – telisik.co.id/

Kita kerap menjumpai tulisan seperti “Buanglah sampah pada tempatnya” di ruang publik.

Bahkan ada yang menyindir keras dengan kalimat “Siapa yang membuang sampah di sini adalah anjing” atau ancaman berupa denda dan kurungan.

Namun, sejauh mana pesan-pesan tersebut mengubah perilaku masyarakat? Faktanya, membuang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.

Padahal, membuang sampah pada tempatnya seharusnya bukan perkara rumit bagi manusia yang dibekali akal. Tapi karena ini menyangkut kebiasaan, kesadaran menjadi kunci utama.

Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya sama halnya dengan melatih kedisiplinan dan kepedulian—dan tentu butuh pembiasaan, bukan sekadar slogan.

Sampah yang kita hasilkan berasal dari banyak sumber: rumah tangga, perkantoran, pasar, hingga rumah sakit. Jenisnya pun beragam :

Sampah organik: mudah terurai, seperti sisa makanan dan dedaunan.

Sampah anorganik: sulit terurai, seperti plastik, kaleng, dan styrofoam—berpotensi merusak lingkungan.

Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun): seperti pecahan kaca atau kemasan bahan kimia rumah tangga yang bisa membahayakan manusia dan hewan.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak sadar akan pentingnya memilah dan membuang sampah dengan benar.

Ditambah lagi, kurangnya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan keterlambatan pengangkutan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) membuat tumpukan sampah semakin menumpuk di berbagai sudut kota.

Saat musim hujan tiba, sampah menjadi penyumbat saluran air, menciptakan genangan, banjir, dan menyebarkan penyakit.

Masalah sampah bukan hanya soal kurangnya fasilitas, tetapi lebih dalam: ini adalah soal budaya dan karakter.

Maka pengelolaan sampah harus dimulai dari perubahan pola pikir dan mental.

Edukasi publik mutlak diperlukan—tentang pentingnya mengurangi sampah, memilih barang yang bisa digunakan ulang, hingga bijak dalam konsumsi.

Para pemimpin dan tokoh masyarakat perlu memberi contoh nyata. Tak cukup hanya membuat peraturan atau peringatan keras, tetapi harus ada gerakan bersama untuk membentuk budaya malu membuang sampah sembarangan.

Kampanye tentang sampah harus menyentuh hati, bukan sekadar memenuhi ruang iklan dan baliho.

Kunci keberhasilan ada pada tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten. Ajarkan memilah dan membuang sampah kepada anak sejak dini.

Biasakan lingkungan rumah bersih. Lakukan pengawasan dan pengelolaan sampah di pasar, perkantoran, sekolah, dan fasilitas umum.

Karena sejatinya, kebersihan bukan hanya tanggung jawab pemerintah—tetapi tanggung jawab kita semua.

Dan ingat, cara kita memperlakukan sampah adalah cerminan dari bagaimana kita menghargai lingkungan dan masa depan.(**)

Tulisan ini kiriman Sigondrong Pemerhati, pelaku, dan penggiat seni di Labuhanbatu.

 

 

Facebook Comments Box

Lainnya

Opini: Negeri Kelayau, Raja yang Taat, dan Panglima Botak yang Rakus

24 September 2025 - 07:58 WIB

Ingat: BUMD Adalah Aset Rakyat, Bukan Tempat Istirahat Para Loyalis Politik

24 Juli 2025 - 19:26 WIB

Perempuan, Kapitalisme, dan Jerat Estetika Palsu

17 Juli 2025 - 06:39 WIB

KOHATI: Suara Perempuan, Suara Perubahan – Membongkar Batas, Menggerakkan Kesetaraan

11 Juli 2025 - 18:14 WIB

Editorial Yong Ganas :  “Mimpi Aidil Ilham Lubis: Anak Bangsa yang Ingin Melawan Kutukan Orang Dalam”

11 Juli 2025 - 15:09 WIB

Hits di OPINI