Medan — telisik.co.id/
Di sebuah kota yang terus tumbuh dan berubah seperti Medan, keberadaan organisasi kepemudaan bukan sekadar simbol keberanian atau massa. Mereka ditantang untuk menjadi kekuatan moral, penggerak sosial, dan penjaga nilai-nilai kebangsaan. Maka, ketika PAC Pemuda Pancasila Kecamatan Medan Perjuangan resmi dilantik pada Minggu (27/7/2026) di GOR Dispora Sumut, harapan yang terucap bukan hanya sekadar selamat, tetapi juga seruan untuk bertransformasi.
Wakil Wali Kota Medan H. Zakiyuddin Harahap, hadir langsung dan menyampaikan pesan yang lugas namun penuh makna. Ia mengajak seluruh jajaran Pemuda Pancasila untuk menunjukkan bahwa mereka bukan bagian dari stigma lama, tetapi barisan pemuda yang punya dedikasi, semangat membangun, dan kepedulian nyata terhadap masyarakat.
“Tunjukkan bahwa kita berbeda. Jangan sampai masyarakat menganggap OKP itu preman. Buktikan bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi yang peduli dan solutif,” tegas Zakiyuddin.
Pernyataan ini bukan tanpa sebab. Dalam sejarah panjangnya, Pemuda Pancasila kerap menghadapi persepsi miring di masyarakat. Tak jarang dikaitkan dengan kekerasan, premanisme, atau alat politik kekuasaan. Namun zaman telah berubah. Organisasi kepemudaan hari ini dituntut untuk menjawab tantangan masa kini—mulai dari narkoba, radikalisme, hingga krisis sosial di akar rumput.
Dan itulah yang ditekankan Zakiyuddin. Ia berharap kepemimpinan Naffaro Affandi Lubis di Medan Perjuangan bukan sekadar seremonial, melainkan menjadi momentum lahirnya paradigma baru: Pemuda Pancasila yang bersih, tegas, dan berorientasi pada pengabdian.
“Mari kita bangun Kota Medan bersama. Kita butuh pemuda yang bukan hanya hadir di barisan aksi, tapi juga kuat dalam gagasan dan nyata dalam tindakan,” tambahnya.
Ucapan ini tak sekadar basa-basi politik. Ia adalah panggilan kepada organisasi pemuda untuk kembali ke akar filosofisnya: menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Artinya, menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya, menghormati perbedaan, menjaga keadilan sosial, dan menjadi mitra aktif pemerintah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan warga.
Kehadiran sejumlah tokoh seperti Wakil Ketua DPRD Medan, H. Zulkarnaen dan Hadi Suhendra, serta tokoh-tokoh politik seperti El Adrian Shah dan El Barino Shah, menandakan bahwa Pemuda Pancasila masih memiliki magnet sosial yang besar. Namun magnet itu harus diarahkan pada hal yang tepat—bukan sebagai kekuatan tekanan, melainkan sebagai kekuatan penggerak perubahan.
Pelantikan ini memang hanya satu langkah kecil. Tapi jika digunakan sebagai titik balik, PAC Medan Perjuangan bisa menjadi contoh bahwa organisasi kepemudaan dapat keluar dari bayang-bayang masa lalu dan tampil sebagai motor kemajuan daerah.
Kita tak butuh pemuda yang hanya gagah di poster dan ramai di jalanan. Kita butuh pemuda yang kuat dalam nilai, kokoh dalam integritas, dan nyata dalam kontribusi. Itulah pemuda Pancasila yang sejati—dan di Medan Perjuangan, benih itu semoga mulai tumbuh.(Wis)